Dalam sepekan Israel telah menghabiskan sedikitnya Rp 2.6 triliun untuk menggempur Jalur Gaza lewat operasi bersandi Tiang Pertahanan.
Surat kabar Haaretz melaporkan, Senin (19/11), selain kerugian dalam bentuk materi, konflik itu juga mengakibatkan banyak keluarga di Gaza harus mencari perlindungan dan tidak bekerja.
Perusahaan informasi bisnis (BDI) memperkirakan pengeluaran sebesar itu berdasarkan perhitungan ketika terjadi konflik Israel-Hamas di 2008-2009 yang berlangsung 22 hari. Jumlah sebanyak itu terutama dihabiskan untuk amunisi senjata, bahan bakar kendaraan, dan peralatan perang. BDI memperkirakan kerusakan rumah, gedung perkantoran, dan infrastruktur lain bisa mencapai Rp 60 miliar.
Kerusakan akibat serangan kedua pihak telah dirasakan di wilayah selatan Israel. Di tempat lain juga sejumlah daerah merasakan dampaknya, seperti kunjungan pelancong dibatalkan. BDI juga menghitung di Selatan Israel dampak kerugian materi bisa mencapai Rp 487 miliar dan di wilayah lain bisa rugi Rp 292 miliar.
Tak hanya kerugian fisik semata, iklan televisi pun ikut terpengaruh konflik sepekan belakangan. Menurut Yifat, lembaga pemerhati media, iklan televisi turun 20 persen menjadi Rp 168 miliar sejak Israel mulai menyerbu Gaza Rabu pekan lalu. Sebelumnya belanja pariwara sepekan bisa Rp 211 miliar. "Para pengiklan memutuskan menunda memasang sejumlah iklan. Mereka berharap keadaan semakin baik dalam beberapa hari ke depan," ujar Dan Ron, Direktur Pemasaran jaringan stasiun televisi Channel 10.
Hingga kini, menurut pejabat kesehatan di Gaza, serangan udara dan laut Israel telah menewaskan 95 orang, termasuk 23 anak, dan mencederai hampir 700 lainnya. Sedangkan korban meninggal di pihak Israel hanya tiga orang dan 79 lainnya luka.
merdeka.com